Islam dan Jepang#1 Tingginya tingkata penasaran orang Jepang tentang Islam

 Baca ini sebelum Anda pergi ke Jepang!!!

Islam dan Jepang


Di kutip dari buku “Wow Japan” karya Prastuti, M.Pd., M.Ed atau yang akrab dipanggil Parastuti sensei yang merupakan dosen senior di Universitas Negeri Surabaya sekaligus pemerhati bahasa dan budaya Jepang.  Beliau menuliskan bahwa sebagian orang Jepang memiliki rasa penasaran yang tiggi tentang apa itu islam. Selama tinggal di Nagoya beliau merusaha mengumpulkan jawaban dan alasan apa yang mendasari rasa penasaran mereka akan agama Islam. Beliau juga menyatakan bahwa semakin hari, semakin banyak orang Jepang yang penasaran tentang Islam.

 

Pada artikel kali ini saya akan menyimpulkan pengalaman dan poin-poin penting yang beliau sampaikan dalam buku “Wow Japan” itu.

 

Sejak pristiwa tsunami pada 11 Maret 2011, Jepang kehilangan banyak  wisatawan. Mereka faham betul upaya yang harus di lakukan untuk menjaring kembali para wisatawan terutama untuk wisatawan asing, diantaranya adakalah membebaskan visa bagi beberapa negara Asia untk masuk Jepang dan menfasilitasi mereka selama traveling. Olehkarena itu pemerintah jepang membangun fasilitas ibadah di tempat-tempat umum, seperti di bandara  dan fasilitas umum lainnya.  

Tidak hanya itu Jepang juga mempromosikan makanan dan menu-menu yang berbahan dasar ikan seperti suhsi dan udon (mie tradisional dengan kuah kaldu ikan).

 

Sebenarnya rasa penasaran orang Jepang tentang agama itu tinggi, hanya saja mera tidak terbiasa dengan menganut kepercayaan tertentu, ini menjadikan sebagian mereka awam tentang  agama, selain itu juga karena keterbatasan bahasa.

 

Terkadang rasa penasaran meraka bukan semata karena agama itu sendiri. Tetapi lebih pada kebutuhan penelitian atau tugas pekerjaan. Misalnya dalam hal diatas bagaimana menjaring wisatawan dari berbagai belahan dunia dengan latar belakang agama yang berbeda-beda.

 

Berikut adalah rasa penasaran orang Jepang pada beberapa hukum atau aturan yang ada pada agama Islam.

 

1. Larangan keras mengkonsumsi makanan tertentu

Tentang kenapa dalam islam dilarang keras memakan makanan tertentu, babi cohtohnya. Mereka mengira bahwa larangan tersebut karena babi adalah kendaraan Tuhan atau mungkin perwujudan dari Tuhan. Karena dalam keyakinan orang Jepang juga menghormati hewan khususnya rubah (inari) sebagai bentuk balas budi. Konon katanya manusia pernah menyakiti rubah, tapi suatu ketika manusia ditimpa kesulitan, si rubah datang menolong mereka.

2. Kenapa tetap melaksanakan syariat Islam padahal bukan di negara Islam lagi.

Kewajiban seorang muslim untuk menegakkan syariat islam dimanapun berada, mejadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang awan tentang agama, khususnya orang Jepang. Pertanyaan seputar itu sering kali muncul saat berdiskusi dengan mereka, seperti “kenapa masih berpuasa, ini kan bukan di negara mu lagi”, dan pertanyaan sejenis lainnya. Tidak jarang juga mereka bertanya kenapa solat ke arah barat, dan apakah harus membersihkan badan (wudhu) dahulu sebelum masuk tempat ibadah, walaupun mereka juga melakukan hal yang sama ketika hendak memasuki kuil tempati ibadah mereka.  

Mengapa rasa penasaran itu muncul? Karena mereka sangat pragmatis cara berikirnya. Mereka butuh media yang bisa dilihat, diraba, dan didengar. Kalau ingin sekolah lancar mereka akan berbondong-bondong pergi ke kuil untuk meminta pemberkatan supaya bisa konsentrasi dalam ujian, dan mereka akan diberikan semacam jimat. Kalau ingin menikan, pergi ke kuil tertentu yang menyediakan wedding organizer. Kalau ingin kesehatan seksual dan ingin punya anak maka mereka akan pergi ke kuil tagata.

3. Kenapa tidak meminta dispensasi kepada Tuhan yang maha pengasih.

Dilam buku itu disebutkan bahwa penulis sering sekali menemui pertanyaan “mengapa setiap hari sholat lima kali? Berpuasa satu bulan penuh? Mintalah kepada Tuhanmu, pasti dia akan mengijinkan, karena dia maha pengasih”

Jika dijelaskan dengan salah satu tujuan puasa seperti, agar kita bisa merasakan penderitaan orang yang tidak makan dan minum, mungkin agak susah difahami, karena Jepang mendistribusikan makanan untuk rakyatnya yang miskin.

Lalu penulis berusaha menjelaska seperti ini “Sebagai manusia, kita juga perlu refresh dari rutunitas. Orang jepang pun juga demikian. Di dalam islam mengajarkan kita cara refresh diri dalam satu hari ada lima kali yaitu dengan sholat di sela-sela rutinitas. Begitu pula kami diajarkan untuk me-refresh diri setelah beraktifitas selama seminggu, khususnya bagi para laki-laki sebagai pemimpin keluarga, guna mempererat silaturrahmi, mendapat ilmu baru, dan sebagainya., yaitu dengan melaksanakan sholat Jumat, pada hari Jumat.

Sama halnya dengan puasa. Selama satu tahun penuh,  umaat islam butuh suasana yang berbeda selama satu bulan untuk merasakan bagaimana penderitaan orang-orang yang tidak bisa makan, mensyukuri nikmat yang selama ini teklah dianugrahkan, dan fokus untuk beribadah sebanyak selama satu bulan penuh.  

Jadi intinya kita diajarkan untuk me- refresh diri selama waktu yang ditrntukan, karena waktu-waktu itu adalah merupakan batas dari kemampuan manusia” Begitulah penulis berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

4. Menurut mereka kedudukan perempuan dalam islam itu rendah

Tidak jarang mereka mengatakan tidak berkeinginan menikah dengan orang Islam dikarenakan adanya syariat poligami yang mana laki-laki boleh menikahi lebih dari satu wanita. Alasan apapun mungkin agak sulit mereka terima karena nyatanya banyak laki-laki yang menikahi lebih dari satu wanita tanpa alasan.

Mereka juga mengatakan bahwa pakaian yang tertutup adalah merendahkan wanita karena mereka tidak bisa bebas, dan tidak bisa mengekspresikan diri mereka. Disini penulis menjelaskan, karena semua yang melekat pada wanita itu adalah perhiasan. Jadi mengenakan pakain tertutup salah satu cara agar tidak dicuri orang. Yang terpenting kita semua mempunyai cara agar pakaian itu tidak menjadi halangan dalam kerja. Penulis menghubungknanya dengan dunia kerja. Walaupun hingga saat ini masih menjadi masalah dengan teman-teman yang bekerja dipabrik dan di bidang kesehatan.

5. Adanya keberangaman agama di Indonesia

“Hindu-kyou wa kamisama ga ooi, isuramu-kyou no kamisama wa hitotsu dake. Indonesia jin ni totte kamisama tte donna kankakunano?”

Bagaimana sikap orang Indonesia terhadap agama yang tidak mengajarkan keesaan Tuhan?

Pertanyaan ini pernah dilontarkan oleh orang Jepan yang pernah tinggal lama di Bali.

Pada umumnya, orang Jepang yang tidak pernah keluar dari nrgaranya untuk melihat negara lain tidak begitu antusias mengenai agama. Mereka beranggapan agama itu tidak menbuat damai manusia.

Beberapa orang Jepang yang pernah tinggal di Bali, pernah bertanya “Apakah Tuhan orang Bali dan Tuhan orang Jawa itu bentrok? Karena, kan Hindu itu mempercayai banyak Tuhan dan orang Jawa yang kebanyakan orang Islam dan Nasrani  mempercayai Tuhan itu satu Yang Maha Esa?”

Disini penulis menjelaskan bahwa keberadaan Tuhan itulah yang terpenting. “Jadi walupun beda keyakinan, kalau kita sama-sama mengakui keberadaan Tuhan dan menyadari bahwa Tuhan itu ada, sudah menjadi bekal untuk hidup saling menghargai” Begitu penulis berusaha menjelaskannya.

Mereka kembali bertanya “Tetapi mengapa di belahan dunia lain ada yang berseteru?”

Penulis hanya menjawab, mereka yang berseteru itu kurang dalam hal pengetahuan. Karena pada dasarnya agama itu bukan untuk saling berseteru, tetapi untuk saling berdamai satu dengan yang lainnya.

 

Sebuah Harapan

Didalam buku dielaskan bahwa orang Jepang bertanya kepada penulis ”apakah ada pesan untuk mereka yang awam tentang agama Islam?” Penulis menjawab [”Jibaku tero wo yatta hito wa isuramu hito janai” ni wakattekurereba, arigartai.] “ Kalau Anda semua mau memahami bahwa yang melakukan bom bunuh diri itu bukan orang Islam yang sesungguhnya, itu sudah cukup bagi saya

 

Di dalam buku itu penulis sudah berusaha menjelaskan dengan analogi antara Indonesia dan Jepang yang mereka pahami, untuk menguragi rasa penasaran mereka akan Islam. Setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk menjelaskannya tergantung pada pada  pengetahuan ilmu agamanya, tentang pola dan cara pikir orang Jepang dan yang tidak kalah pentingnya adalam kemampuan Bahasa Jepang yang baik.

 

Dengan ini kita bisa simpulkan, khususnya kita yang beragama Islam agar senantiasa memperdalam ilmu agama kita. Hal yang sama mungkin akan terjadi kepada kita suatu saat nanti, jangan sampai kita kebingungan untuk menjawab rasa penasara mereka akan agama yang murni ini. Karena sejatinya kita diberikan amanah untuk berdakwah dan menyampaikan agama yang hak ini dimanapun kita berada. Maka hendaklah sebelum berangkat ke Jepang hal yang perlu kita perhatikan adalah pemahamam ilmu agama kita.

 

Semoga penulis diberi kesehatan dan pahala yang berlimpah. Semoga apa yang pernah belia usahakan untuk agama ini menjadi amal jariah bagi belia.

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokatuh

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Islam dan Jepang#1 Tingginya tingkata penasaran orang Jepang tentang Islam"

Post a Comment